uploaded.to

Halal Guide

Label

Sabtu, 06 November 2010

Garam Bleng? Boraks? Mungkinkah ada di makanan kita?

Sudah turun temurun garam bleng dipakai dalam pembuatan kerupuk, bakso, dan makanan lain. Selain itu juga digunakan saat merebus sayur.
Tetapi, tahukah Anda, bahwa garam bleng itu ternyata boraks juga? Berikut adalah copy paste dari wikipedia.

Semoga bermanfaat.

Bleng

Boraks alias bleng (sumber: google.com)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bleng (IPA: /bləŋ/, dari bahasa Jawa) adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.
Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks.[1] Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur(seperti di Bledug KuwuJawa Tengah).

Legalitas

Pemerintah telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan makanan per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988.
YLKI melalui Warta Konsumen (1991) melaporkan, sekitar 86,49 persen sampel mi basah yang diambil di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya mengandung asam borat (boraks). Lalu 76,9 persen mi basah mengandung boraks dan formalin secara bersama-sama. YLKI juga melaporkan adanya boraks pada berbagai jajanan di Jakarta Selatan.

Bahaya bleng dan boraks

Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otakhati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkandemamanuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.
Bleng atau boraks biasanya dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini:
  • karak/lèmpèng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk)
  • mi
  • lontong, sebagai pengeras
  • ketupat, sebagai pengeras
  • bakso, sebagai pengawet dan pengeras
  • kecap, sebagai pengawet

Substitusi bleng/boraks

Karena penggunaan bleng/boraks adalah sebagai pengenyal, bahan pengganti dapat dicari untuk fungsi yang sama. Air merang dan STPP (Sodium Tri-polyphosphate) dengan konsentrasi sama diketahui tidak mempengaruhi tanggapan organoleptik (kesan fisik dan rasa) dari kerupuk beras.[2]

Referensi

2 komentar:

  1. saya pernah menemui perajin bakso, yang ternyata tidak tahu bahwa bleng itu boraks juga....
    Jadi, ujung-ujungnya saya lebih sering membeli bakso di perajin yang benar-benar saya kenal dan tahu cara membuat baksonya.

    BalasHapus
  2. Just info, pernah ketemu perajin bakso yang pas ditanya, “Pakai boraks ga, Pak?”.
    Jawabnya: “ga pakai, ga pakai boraks, gak pakai formalin.”

    Lalu saya tanya, “Pakai garam bleng gak, Pak?”.
    Jawabnya,”Pakai garam bleng, Pak, biar kenyal.”…

    Nah looo…. brarti dia ga tau bahwa garam bleng itu boraks juga… :(

    BalasHapus